LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN SERAT
PERSIAPAN LAHAN, PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN TANAMAN
KAPAS (Gossypium sp)
Oleh
Faridatul Hasnah
NIM : A32120101
Ir. Lilik Mastutie, MP
PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2014
1.1Latar Belakang
Kapas (Gossypium hersutum) merupakan salah satu komoditi perkebunan penghasil serat alam untuk bahan baku industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Kebutuhan bahan baku industri TPT terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk, dan saat ini kebutuhan tersebut telah mencapai sekitar 500 ribu ton serat kapas yang setara dengan 1,5 juta ton kapas berbiji pertahun. Namun perkembangan industri TPT tersebut belum didukung oleh kemampuan penyediaan bahan baku berupa serat kapas dalam negeri, sehingga sekitar 99,5% kebutuhan bahan baku tersebut masih dipenuhi dari impor. Menyadari hal tersebut pemerintah sejak tahun 1978 telah berupaya terus meningkatkan produksi kapas mulai dari pelaksanaan program IKR, P2WK, proyek OECF, swadaya petani hingga Program Percepatan (akselerasi kapas) yang dimulai tahun 2007 sampai saat ini. Keseluruhan program tersebut diatas dilaksanakan secara bermitra antara petani dengan perusahaan pengelola kapas. Sedangkan, pemerintah berperan sebagai fasilitator.
Pada awalnya areal pengembangan kapas terbatas hanya di beberapa Provinsi yaitu : Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT dan Sulsel. Mulai tahun 2007 telah dikembangkan pertanaman kapas di Bali. Berdasarkan pengalaman pengembangan kapas selama ini ternyata keberhasilan usaha tani kapas sangat ditentukan oleh beberapa faktor terutama : (i) penggunaan benih unggul dan sarana produksi secara 5 tepat (mutu, jenis, waktu, jumlah dan tempat) (ii) penerapan standar teknis anjuran termasuk ketepatan waktu tanam dan pemeliharaan tanaman dimulai sejak tanam hingga masa panen.
Kapas (Gossypium hirsutum) merupakan tanaman perkebunan dan bukan merupakan tanaman asli dari Indonesia. Tanaman kapas dikembangkan untuk menyediakan bahan baku bagi industri tekstil. Walaupun industri tekstil Indonesia termasuk lima besar di dunia, serat kapas yang merupakan bahan baku industri tekstil belum diusahakan dalam skala perkebunan besar. Pengembangan kapas secara intensif dilakukan melalui program Intensifikasi Kapas Rakyat (IKR) yang dimulai tahun 1978/1979 dengan luas areal sekitar 22.000 ha. Daerah pengembangan kapas meliputi daerah dengan iklim kering, yaitu Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Dalam perkembangannya, areal kapas dalam program IKR terus menurun dari tahun ke tahun dan pada musim tanam tahun 2006 luas areal kapas hanya mencapai 7000 ha yang tersebar di Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat.
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharpkan mampu :
1. Melakukan persiapan lahan untuk penanaman kapas dengan benar
2. Melakukan penanaman benih kapas dengan benar
3.
Melakukan pemeliharaan
tanaman dengan benar
BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA
Kapas adalah serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium (biasa disebut "pohon"/tanaman kapas), tumbuhan 'semak' yang berasal dari daerah tropika dan subtropika. Serat kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil. Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut sebagai katun (benang maupun kainnya). Serat kapas merupakan produk yang berharga karena hanya sekitar 10% dari berat kotor (bruto) produk hilang dalam pemrosesan. Apabila lemak, protein, malam (lilin), dan lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimer selulosa murni dan alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya serap yang unik namun disukai orang. Tekstil yang terbuat dari kapas (katun) bersifat menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala panas (menyerap keringat).
Tanaman kapas secara botanis
disebut dengan Gossypium sp yang memiliki sekitar 39 spesies dan 4 spesies diantaranya
yang dibudidayakan yaitu : Gossypium herbacium L, Gossypium arberium L,
Gossypium hersutum L dan Gossypium barbadense; dengan klasifikasi sebagai
berikut :
Devisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Gossypium
Spesies : Gossypium sp
Tanaman kapas mempunyai akar tunggang yang panjang dan dalam, bahkan sering lebih panjang dari pada tanamannya sendiri. Dari akar tunggang akan tumbuh akar-akar cabang, dan terus bercabang hingga membentuk akar-akar serabut. Pada waktu berkecambah calon akar tunggang tumbuh terlebih dahulu masuk kedalam tanah diikuti oleh keping biji. Batang terdiri dari ruas dan buku, dari buku keluar cabang vegetatif dan generatif. Selama pertumbuhan yang aktif, cabang generatif terbentuk tiap tiga hari, jumlah cabang generatif bervariasi antara 15-20 tergantung pada varietas dan lingkungan (Dahrul, 2007).
A. Morfologi Kapas
Akar tanaman kapas berupa akar tunggang, panjangn akar dapat mencapai 0,75-1 meter. Batang beruas-ruas, tiap ruas tumbuh daun dan cabang-cabang pada ketiaknya. Memiliki 3 macam tunas, yaitu tunas serap, cabang vegetatif dan cabang generatif. Cabang generatif ditandai dengan diakhiri yaitu tumbuhnya square.Tinggi tanaman mencapai 100-150 cm.
Daun berbentuk normal (palmatus), permukaan daun berbulu jarang, tulang daun menjari. Bunga tanaman kapas termasuk bunga sempurna. Bunga tumbuh pada cabang generatif, tiap cabang ada 6-8 kuncup. Bagian-bagian bunganya yaitu terdiri dari tangkai bunga, daun kelopak tambahan, daun kelopak, mahkota bunga, bakal buah, tangkai kepala putik, kepala putik, dan tepung sari.
Buah berbentuk dari persarian sampai buah masak 40-70 hari. Bentuk buah bulat telur, dengan warna hijau muda atau hijau gelap berbintik-bintik. Setiap buah memiliki 3-5 ruang, sehingga buah tanaman kapas termasuk buah kotak.
Cabang-cabang
generatif akan menghasilkan kira-kira 50 kuncup bunga dan dalam keadaan normal
hanya 35-40% yang menjadi buah. Daun terbentuk pada buku-buku batang utama dan
cabang generatif. Daun pertama terbentuk pada buku ke-2 pada umur 10-12 hari
(buku ke-1 berisi daun lembaga). Daun berlekuk 3 atau 5, berbulu dan
berkelenjar. Pada daun terdapat stomata yang berperan yang berperan pada
proses-proses fotosintesis dan respirasi. Jumlah stomata pada permukaan bahwa
kira-kira dua kali jumlah stomata pada permukaan atas.
BAB 3.METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
1. Cangkul
2. Roll meter
3. Kenca dari tampar plastik
4. Tugal besi
5. Gembor
6. Ember
7. Kored
8. Knap-sack sprayer
9. Kored
10. Benih kapas ( berproduksi tinggi)
11. Furadan 10 G
12. Pupuk Urea, SP-36, KCL
13. Kantong plastik
14. Seng papan nama varietas
15. Takaran pupuk
3.2 Prosedur Pelaksanaan
3.2.1 Pengolaha tanah ( -7 HST )
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2. Lakukan pengolahan tanah dengan bajak dan hancurkan tanahnya sampai gembur
3. Buatlah bedengan ukuran efektif, leber 1,8 m dan panjang sesuai dengan keadaan lahan serta jarak antar bedengan 1 m
4. Buatlah saluran air denagn ukuran Lebar X Dalam : 30 X 30 cm di tengah-tengah bedengansatu dengan lainnya.
5. Gunakan patok bambu untuk menentukan barisan yang akan ditanami pada praktek berikutnya, ( Jarak tanamnya 20 X 15 cm ), dalam barisan dengan terdapat 7 barisan tanaman dengan jarak satu baris dengan baris lainnya 20 cm. Jarak barisan paling luar adalah 20 cm dari tepi bedengan.
3.2.2 Penanaman ( 0 HST )
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2. Taburkan furadan 3G dipermukaan bedengan dosis 50 kg/ha.
3. Dengan menggunakan kenca plastik, hubungkan kedua bagian ujungnya dengan patok bambu yang telah disiapkan pada praktek sebelumnya. Penanaman dimulai dari bagian pinggir bedengan.
4. Bila tanah bedengan kering, lakukan penyiraman dengan menggunakan gembor sampai keadaan tanah lembab sebelum dilakukan penanaman
5. Penanaman dilakuakn dengan ketentuan satu bedengan hanya berisi satu varietas kapas
6. Buat lubang tanam sedalam ± 3 cm dengan menggunakan tugal. Kemudian masukkan benih kapas sebanyak 2-3 benih per lubang, lalu tutuplah lubang tanam dengan tanah.
7. Lakukan penyiraman setiap sore hari, bila tanah dalam keadaan kering ( tidak turun hujan )
3.2.3 Penyulaman ( 4-6 HST)
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2. Bila 4-6 hari setelah penanaman terdapat benih yang tidak tumbuh, lakukan penyulaman dengan menggunakan benih baru
3. Bila lebih dari 6 hari masih ada benih yang belum tumbuh, lakukan penyulaman dengan bibit (transpalnting) denag syarat harus cukup air.
3.2.4 Penjarangan dan penyiangan ( 15 HST )
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2. Lakukan penyiraman sebelum melakukan penjarangan bibit kapas dengan cara mencabut bibit secara hati-hati dan sisakan 1-2 tanamn yang terbaik perlubang tanam
3. Bersamaan dengan penjarangan, lakukan penyiangan gulma secar manual denagn tangan atau denagan kored
4. Lakukan penyiangan ke-2, bila disekitar tanaman kapas telah banyak terdapat gulma.
3.2.5 Pemupukan ( 17- 21 HST )
1. Setelah tanama n berumur 17-21 hari atau telah dilaksanakan penjarangan dan penyiangan
2. Lakukan pemupukan dengan dosis pupuk Urea = 300 kg/ha, pupuk SP36 = 400 kg/ha, pupuk KCL =100 kg/ha dan NPK 300 kg/ha
3. Buat lubang pupuk di antara dua alur tanaman
4. Lakukan pemupukan dengan cara menyebarkan campuran pupuk tersebut pada alur tempat pupuk
5. Tutup alur pupuk dengan tanah dan lakukanlah penyiraman.
3.3 Waktu Pelaksanaan
Hari : Rabu
Tanggal : 02 April 2014
Jam : 13.00 – 15.00 WIB
Pembimbing : Ir. Lilik Mastutie, MP
M. Kamsun
BAB 4.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan kapas 1 ( 04 Juni 2014 )
Klon : Kanesia 13
No |
Tinggi (cm) |
Jumlah cabang generatif |
Jumlah cabang Vegetataif |
Jumlah Square |
Jumlah buah |
Jumlah bunga |
Keterangan |
1. |
77 |
10 |
2 |
28 |
|
|
|
2. |
62 |
5 |
2 |
8 |
|
|
|
3. |
51 |
4 |
0 |
1 |
|
|
|
4. |
104 |
18 |
2 |
56 |
6 |
|
|
5. |
24 |
0 |
0 |
0 |
|
|
|
6. |
79 |
8 |
2 |
11 |
|
|
|
7. |
98 |
12 |
2 |
51 |
6 |
|
|
8. |
16 |
0 |
0 |
0 |
|
|
|
9. |
68 |
9 |
2 |
21 |
|
|
|
10. |
58 |
6 |
2 |
12 |
|
|
|
11. |
71 |
8 |
2 |
25 |
1 |
|
|
12. |
100 |
11 |
3 |
30 |
|
|
|
13. |
82 |
11 |
2 |
28 |
|
|
|
14. |
75 |
6 |
3 |
5 |
|
|
|
15. |
64 |
6 |
2 |
14 |
|
|
|
Rata2 |
68,6 |
7,6 |
1,7 |
19,3 |
4,3 |
|
|
4.2 Pembahasan
Budidaya Tanaman Kapas
A. Syarat Tumbuh Tanaman Kapas
Lahan
Faktor lahan mempunyai andil yang cukup besar dalam mendukung tingkat
produktivitas kapas. Agar diperoleh pertumbuhan dan produksi yang baik, tanaman
kapas memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut :
1. Struktur tanah lempung berpasir dengan kandungan pasir kurang dari 80% atau lempung berliat dengan kandungan liat kurang dari 50%.
2. PH tanah minimal 5,5
3. Topografi relatif datar atau miring dengan kemiringan < 30% yang disertai pembuatan teras memotong arah lereng.
4.
Daya menahan air dan
drainase baik.
Tanaman kapas yang diusahakan secara komersial hendaknya ditanam di dataran
rendah dan tidak melebihi dari 400 m di atas permukaan laut.Kapas menghendaki
tanah yang subur,drainase baik,daya pegang air tinggi,serta memiliki pH tanah
6,7-7.
Iklim
Daerah dengan tipe iklim C, D, E dan F cocok untuk penanaman kapas ditegalan.
Di samping itu, daerah yang memiliki curah hujan 600-800 mm selama 4 bulan
pertumbuhan tanaman kapas atau 1200-1600 mm selama setahun, juga merupakan
daerah yang sesuai untuk penanaman dan pengembangan kapas.
Air
Kebutuhan air akan meningkat setelah pembentukan kuncup bunga. Pada periode
pemasakan buah, tanaman kapas banyak memerlukan air, sedangkan pada waktu panen
di butuhkan keadaan yang kering. Kapas tidak dianjurkan ditanam di daerah
dengan curah hujan selama 120 hari, lebih dari 1600 mm atau kurang dari 500 mm
(Estu, 2009).
B. Persiapan Lahan
1. Lokasi dipilih tempat yang relatif rata dekat dengan sumber air dan tidak tergenang air, dan mudah diawasi.
2. Lahan dibersihkan, diratakan, dibuat plot-plot dan bumbunan dan saluran drainase air diatur dengan baik.
Pengolahan Tanah I
1. Pembukaan lahan dengan pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya, serta untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit
2. Buat plot dengan ukuran 3 x 2 meter, dengan tinggi 30 cm.
Pengolahan Tanah II
1. Gemburkan tanah kembali yang gunanya untuk membalik tanah.
2. Beri pupuk kandang (1 sak/plot) dan dolomit (2 kg/plot), kemudian balik kembali tanah tersebut.
3. Buat jarak tanam yaitu 30 x 40 cm
4. Lakukan pengairan atau pemberian air.
5. Buat bumbunan atau perbaikan saluran air.
Penanaman
1. Buat lubang tanaman dengan menggunakan tugal, dengan kedalam 1-3 cm.
2. Tanam benih 2-3 benih/lubang tanam.
3. Berikan furadan dan fungisida @ 20 gram/plot, diletakkan di sekitar lubang tanaman.
4. Berikan pula SP36 (90 gr/plot) dan KCl (60 gr/plot) sebagai pupuk dasar (pemupukan I). Pemupukan ini dilakukan karena KCL dan SP36 merupakan yang sulit larut, maka pupuk ini diberikan lebih awal.
5. Tutup dengan jerami agar kelembapan terjaga dan menghindari terjadinya evapotranspirasi dan agar benih tidak terseret air hujan.
Pemeliharaan
1. Penyulaman
Benih kapas sudah tumbuh pada hari ketujuh setelah tanam, sehingga bila ada benih yang tidak tumbuh harus dilakukan penyulaman dengan benih yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan dibawah umur 10-15 hari setelah tanam, agar pertumbuhan tanaman bisa seragam karena agar mempermudah dalam proses perawatanya.
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan apabila gulma banyak tumbuh disekitar tanaman kapas. Penyiangan dilakukan berulang-ulang apabila tumbuh banyak gulma. Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan koret dan dicabut.
3. Pembubunan
Pembubunan dilakukan agar tanaman memiliki perakaran yang kuat dan tidak mudah roboh.
4. Penjarangan
Pada umur 14 hari setelah tanam, biasanya dilakukan penjarangan terhadap tanaman yang melebihi kebutuhan awal. Karena pada saat itu tanaman belum terlalu tua dan perakaran masih dalam kondisi mudah untuk di lakukan penjarangan, dan karena pada umur tersebut adalah umur yang ideal untuk melakukan penyeleksian tanaman. Penjarangan dilakukan secara manual, yaitu dengan cara dicabut menggunakan tangan.
5. Pengairan
Kebutuhan akan air atau kelembaban untuk kapas ialah sejak awal penanaman sampai menjelang panen. Cara pengairanya dengan cara disiram di daerah tanaman.
6. Pemupukan II
Pemupukan kedua dilakukan pada usia 2 minggu dengan menggunakan pupuk UREA sebesar 180 gram/plot.
7. Pemupukan III
Pemupukan ketiga dilakukan pada usia 4 minggu dengan menggunakan pupuk UREA sebesar 180 gram/plot.
8. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang menyerang tanaman kapas ini berupa earias vittella, belalang, aphis dan emphoasca. Hama tersebut diatasi dengan melakukan penyemprotan menggunakan insektisida berupa Buldok dengan dosis 2cc/liter, Dupol dengan dosis 6cc/liter, dan menggunakan Decis 4cc/liter. Sedang penyakit yang menyerang adalah puru akar yang menyebabkan tanaman layu sementara dan akhirnya tanaman mati.
Hama yang menyerang tanaman kapas ini
berupa earias vittella, belalang, aphis sp dan emphoasca. Earias vittella
biasanya menyerang bagian batang, sedangkan aphis sp menyerang bagian daun,
yang menyebabkan daun menjadi keriput karena cairan dan mineral didalam daun
diserap oleh aphis. Dan penyakit yang menyerang adalah puru akar yang
menyebabkan tanaman layu sementara dan akhirnya tanaman mati. Serangan hama
yang meledak tersebut dikarenakan faktor alam, dimana lingkungan menjadi sangat
lembab. Selain itu jarak tanam yang sempit yakni 40 x 30 cm, juga dapat
menyebabkan serangan hama tidak bisa berhenti karena cabang-cabang tanaman
kapas saling bedesakan.
BAB 5.PENUTUP
Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa penanaman kapas terdiri dari : pengolahan lahan, penanaman, penyulaman, penjarangan, pemupukan, pengairan, pengendalian hama penyakit, dan panen.
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia, 2010. http//Wikipedia/Kapas.htm.
Eko, 2010. Laporan Budidaya Kaps.
http// laporan-budidaya-kapas.html.
Estu, 2009. Budidaya Tanaman Kapas. http// budidaya-tanaman-kapas.html.
Dahrul, 2007. Budidaya Kapas. http// budidaya-tanaman-kapas-1286768724.htm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar