LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN SERAT
PERSIAPAN LAHAN, PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN TANAMAN KENAF (Hibiscus cannabinus L)
Oleh
Faridatul Hasanah
NIM : A32120101
Dosen Pembimbing
Ir. Dian Hartatie, MP
PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2014
BAB 1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tahun 2009 diproklamirkan sebagai tahun kebangkitan serat-serat alam (International Year of Natural Fiber). Berdasarkan permintaan pasar dunia akan serat alam yang ramah lingkungan diawali pada tahun 2009 maka negara-negara berkembang seperti Indonesia, Vietnam, Malaysia, Filipina, Thailand, Bangladesh, dan India mempunyai peluang yang cukup besar menjadi negara produsen. Ketujuh negara itu memiliki sumber daya alam yang mendukung pengembangan serat alam. Kenaf merupakan salah satu sumber serat alam yang banyak diminati oleh para konsumen, karena hasil serat halus, putih, panjang, dan kuat, serta mudah terurai bila sudah menjadi limbah.
Kenaf juga sebagai tanaman penambang hidrogen (H2), oksigen (O2) yang cepat, sehingga dapat membantu dalam proses pendinginan global dunia. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas), Malang telah melepas varietas-varietas baru kenaf yaitu KR 1 sampai dengan KR 6 (Sudjindro et al., 2004). Keenam varietas baru kenaf, salah satunya diperoleh dari hasil persilangan antara Hc 48 x Hc G4. Kedua tetua memiliki potensi genetik yang berbeda. Untuk Hc G4 adalah varietas yang toleran terhadap fotoperiodisitas, berproduksi tinggi, dan berumur agak dalam (5–6 bulan). Sedang tetua Hc 48 bersifat genjah, umur hanya 3,5–4 bulan, dan berproduksi tinggi. Perpaduan dua sifat kedua tetua itu menghasilkan varietas baru yang menghasilkan keunggulan tertentu. Pada saat ini varietas praktek yang digunakan oleh para petani sudah mengalami degradasi (kemunduran), sehingga hasil serat yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan. Penggunaan varietas baru kenaf adalah salah satu langkah yang tepat untuk meningkatkan produktivitas serat.
Di masa mendatang diperkirakan akan terjadi persaingan produsen serat alam. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dipersiapkan teknik budi daya kenaf yang memadai, baik di lahan bonorowo, gambut, maupun podsolik merah kuning. Dengan demikian akan diperoleh tingkat produktivitas serat yang optimal dan berkualitas tinggi, serta sesuai dengan permintaan pasar.
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharpkan mampu :
1. Melakukan persiapan lahan untuk penanaman kenaf dengan benar
2. Melakukan penanaman benih kenaf dengan benar
3.
Melakukan pemeliharaan
tanaman dengan benar
BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi Kenaf
Kenaf merupakan tanaman yang termasuk dalam genus hibiscus yang teerdiri dari beberapa spesies, diataranya: Okra (Hibiscus esculentus L), Rose (Hibiscus syiriacus L), Kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis L), Kenaf (Hibiscus cannabinus L), Rosella (Hibiscus sabdariffa) serta Deanus (Hibiscus eetve L). di Indonesia yang banyak di kembangkan adalah Bunga sepatu dan Rose sebagai hiasan serta Rosella dan Kenaf sebagai bahan karung goni. sedangkan di Australia banyak di gunakan sebagai pulp dan bahan baku kertas.
Berikut adalah taksonomi kenaf:
- Kingdom = Plant kingdom
- Divisio = Spermatophyta
- Subdivisio = Angiospermae
- Klas = Dicotyledomeae
- Ordo = Marvales
- Famili = Malvaceae
- Genus = Hibiscus
- Specias = Hibiscus cannabinus
Kenaf memiliki ketahanan yang kuat terhadap genangan air. Batang yang tergenang air akan muncul akar adventif sehingga wajar kalau banyak kita jumpai di daerah rawa.
2.2. Kandungan Serat Tanaman Kenaf
2.2.1 Batang dan Serat Kenaf
Batang Kenaf dalam keadaan normal mampu tumbuh setinggi 2,4-3,8m, bahkan dalam keadaan tertentu mampu tumbuh mencapi 4 meter. hal ini di pengaruhi oleh kerapatan saat menanam bibit kenaf. diameternya dapat mencapai lebih dari 25mm tergantung dari varietas dan lingkungan tumbuhnya. Permukaan batang kenaf ada yang licin, berbulu halus, berbulu kasar dan berduri.
Kandungan serat terbanyak (75%) terdapat pada batang bawah. Serat kenaf tergolong serabut sklerenkim yaitu sel bardinding tebal yang sering kali berlignin. Serat ini berfingsi mekanis sehingga tahan terhadap tegangan yang di sebabkan penarikan dan pembengkokan, tekanan dan pemampatan tanpa menyebabkan kerusakan sel-sel berdinding tebal pada bagian tanaman ini. Kenaf akan memiliki kualitas serat yang baik apabila ia tumbuh pada lingkungan yang memiliki air dan tanah dengan keasaman yang cukup (biasanya pH 5.5).
2.2.2 Serat Kenaf dalam Ilmu Fisika Bahan (Material)
Buat konco2 Fisika Bahan, Serat Kenaf ini merupakan bahan yang layak untuk banyak di pelajari, mengingat pemanfaatannya yang semakin besar. sampai sekarang di Indonesia serat kenaf hanya sampai pada peperti karung goni dan yang paling tinggi adalah hard fiber untuk ekspor. Sedangkan di negara tetangga serat kenaf ini sudah digunakan sebagai bahan interior mobil, body serta bahan pakaian. Elastisitas, ringan serta sifatnya yang ramah lingkungan dari serat kenaf merupakan alasan kenapa bahan ini banyak digunakan di negeri tetangga. sudah selayaknya anak bangsa turut serta mengembangkan tanaman satu ini.
BAB 3.METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
1. Cangkul
2. Roll meter
3. Kenca dari tampar plastik
4. Tugal besi
5. Gembor
6. Ember
7. Kored
8. Knap-sack sprayer
9. Kored
10. Benih kenef ( berproduksi tinggi)
11. Insektisida lannate
12. Furadan 10 G
13. Delsena 200 MX
14. Pupuk Urea, SP-36, TSP, KCL
15. Kantong plastik
16. Seng papan nama varietas
17. Takaran pupuk
3.2 Prosedur Pelaksanaan
3.2.1 Pengolaha tanah ( -7 HST )
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2. Lakukan pengolahan tanah dengan bajak dan hancurkan tanahnya sampai gembur
3. Buatlah bedengan ukuran efektif, leber 1,8 m dan panjang sesuai dengan keadaan lahan serta jarak antar bedengan 1 m
4. Buatlah saluran air denagn ukuran Lebar X Dalam : 30 X 30 cm di tengah-tengah bedengansatu dengan lainnya.
5. Gunakan patok bambu untuk menentukan barisan yang akan ditanami pada praktek berikutnya, ( Jarak tanamnya 20 X 15 cm ), dalam barisan dengan terdapat 7 barisan tanaman dengan jarak stu baris dengan baris lainnya 20 cm. Jarak barisan paling luar adalah 20 cm dari tepi bedengan.
3.2.2 Penanaman ( 0 HST )
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2. Taburkan furadan 3G dipermukaan bedengan dosis 50 kg/ha.
3. Dengan menggunakan kenca plastik, hubungkan kedua bagian ujungnya dengan patok bambu yang telah disiapkan pada praktek sebelumnya. Penanaman dimulai dari bagian pinggir bedengan.
4. Bila tanah bedengan kering, lakukan penyiraman dengan menggunakan gembor sampai keadaan tanah lembab sebelum dilakukan penanaman
5. Penanaman dilakuakn dengan ketentuan satu bedengan hanya berisi satu varietas kenaf
6. Buat lubang tanam sedalam ± 5 cm dengan menggunakan tugal. Kemudian masukkan benih kenaf sebanyak 3-5 benih per lubang, lalu tutuplah lubang tanam dengan tanah.
7. Lakukan penyiraman setiap sore hari, bila tanah dalam keadaan kering ( tidak turun hujan )
3.2.3 Penyulaman ( 4-6 HST)
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2. Bila 4-6 hari setelah penanaman terdapat benih yang tidak tumbuh, lakukan penyulaman dengan menggunakan benih baru
3. Bila lebih dari 6 hari masih ada benih yang belum tumbuh, lakukan penyulaman dengan bibit (transpalnting) denag syarat harus cukup air.
3.2.4 Penjarangan dan penyiangan ( 15 HST )
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2. Lakukan penyiraman sebelum melakukan penjarangan bibit kenaf dengan cara mencabut bibit secara hati-hati dan sisakan 1-2 tanamn yang terbaik perlubang tanam
3. Bersamaan dengan penjarangan, lakukan penyiangan gulma secar manual denagn tangan atau denagan kored
4. Lakukan penyiangan ke-2, bila tanaman kenaf telah berumur 28 hari setelah tanam.
3.2.5 Pemupukan ( 17- 21 HST )
1. Setelah tanaman berumur 17-21 hari atau telah dilaksanakan penjarangan dan penyiangan
2. Lakukan pemupukan dengan dosis pupuk Urea = 150 kg/ha, pupuk SP36 = 190 kg/ha, atau SP18 = 380 kg/ha, pupuk KCL =100 kg/ha
3. Buat lubang pupuk di antara dua alur tanaman
4. Lakukan pemupukan dengan cara menyebarkan campuran pupuk tersebut pada alur tempat pupuk
5. Tutup alur pupuk dengan tanah dan lakukanlah penyiraman.
3.3 Waktu Pelaksanaan
Hari : Rabu
Tanggal : Mei 2014
Jam : 13.00 – 15.00 WIB
Pembimbing : Ir. Dian Hartatie, MP
M. Kamsun
BAB 4.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pengamatan kenaf I ( 28 Mei 2014)
Bedengan 1 (Klon : KR 14)
No |
Tinggi (cm) |
Diameter (cm) |
|
No |
Tinggi (cm) |
Diameter (cm) |
|
No |
Tinggi (cm) |
Diameter (cm) |
1. |
35 |
3 |
7. |
26 |
3,5 |
13. |
23 |
3 |
||
2. |
31 |
3 |
8. |
21 |
3 |
14. |
27 |
4 |
||
3. |
21 |
2 |
9. |
24 |
3,5 |
15. |
30 |
3,5 |
||
4. |
22 |
3 |
10. |
22 |
3 |
16. |
31 |
4,5 |
||
5. |
15 |
3 |
11. |
32 |
5 |
17. |
29 |
5 |
||
6. |
18 |
3 |
12. |
17 |
3 |
18. |
35 |
4,5 |
Bedengan 2 (Klon : KR 14)
No |
Tinggi (cm) |
Diameter (mm) |
|
No |
Tinggi (cm) |
Diameter (mm) |
|
No |
Tinggi (cm) |
Diameter (mm) |
1. |
12 |
2 |
7. |
16 |
2 |
13. |
28 |
3,5 |
||
2. |
23 |
3 |
8. |
24 |
3 |
14. |
19 |
2,5 |
||
3. |
22 |
2,5 |
9. |
20 |
2 |
15. |
21 |
3 |
||
4. |
23 |
3 |
10. |
32 |
4 |
16. |
37 |
4,5 |
||
5. |
23 |
3,5 |
11. |
25 |
4 |
17. |
13 |
2,5 |
||
6. |
27 |
4 |
12. |
21 |
3,5 |
18. |
31 |
4 |
Bedengan 3 (Klon : KR 14)
No |
Tinggi (cm) |
Diameter (mm) |
|
No |
Tinggi (cm) |
Diameter (mm) |
|
No |
Tinggi (cm) |
Diameter (mm) |
1. |
19 |
2,5 |
7. |
35 |
4 |
13. |
26 |
3,5 |
||
2. |
26 |
3 |
8. |
21 |
3,5 |
14. |
27 |
3,5 |
||
3. |
18 |
2,5 |
9. |
26 |
3,5 |
15. |
28 |
4 |
||
4. |
27 |
3,5 |
10. |
27 |
3 |
16. |
26 |
3,5 |
||
5. |
26 |
3 |
11. |
34 |
5 |
17. |
21 |
2 |
||
6. |
19 |
2 |
12. |
27 |
3 |
18. |
27 |
3,5 |
4.1.2 Pengamatan kenaf II ( 18 Juni 2014)
Bedengan 1 (Klon : KR 14)
No |
Tinggi (cm) |
Diameter (mm) |
|
No |
Tinggi (cm) |
Diameter (mm) |
|
No |
Tinggi (cm) |
Diameter (mm) |
1. |
90 |
0,7 |
7. |
112 |
1,2 |
13. |
55 |
0,6 |
||
2. |
89 |
1,2 |
8. |
95 |
1 |
14. |
80 |
0,9 |
||
3. |
61 |
0,6 |
9. |
70 |
0,6 |
15. |
97 |
1 |
||
4. |
88 |
1 |
10. |
97 |
1 |
16. |
117 |
1,3 |
||
5. |
65 |
0,6 |
11. |
84 |
0,9 |
17. |
116 |
1,2 |
||
6. |
57 |
0,5 |
12. |
81 |
0,8 |
18. |
120 |
1,2 |
Bedengan 2 (Klon : KR 14)
No |
Tinggi (cm) |
Diameter (mm) |
|
No |
Tinggi (cm) |
Diameter (mm) |
|
No |
Tinggi (cm) |
Diameter (mm) |
1. |
15 |
0,01 |
7. |
57 |
0,5 |
13. |
104 |
1 |
||
2. |
64 |
0,5 |
8. |
105 |
1 |
14. |
54 |
0,5 |
||
3. |
51 |
0,5 |
9. |
79 |
0,5 |
15. |
92 |
1 |
||
4. |
95 |
1 |
10. |
115 |
1 |
16. |
110 |
1 |
||
5. |
83 |
1 |
11. |
86 |
0,5 |
17. |
60 |
0,5 |
||
6. |
112 |
1 |
12. |
- |
- |
18. |
111 |
1,5 |
Bedengan 3 (Klon : KR 14)
No |
Tinggi (cm) |
Diameter (mm) |
|
No |
Tinggi (cm) |
Diameter (mm) |
|
No |
Tinggi (cm) |
Diameter (mm) |
1. |
56 |
0,5 |
7. |
70 |
0,6 |
13. |
99 |
1 |
||
2. |
100 |
1 |
8. |
58 |
0,5 |
14. |
94 |
0,9 |
||
3. |
86 |
0,5 |
9. |
106 |
1 |
15. |
- |
- |
||
4. |
81 |
0,5 |
10. |
110 |
1,1 |
16. |
66 |
0,6 |
||
5. |
103 |
1 |
11. |
113 |
1,2 |
17. |
79 |
0,5 |
||
6. |
79 |
0,5 |
12. |
82 |
0,6 |
18. |
78 |
0,1 |
keterangan: semua data hasil pengamatan arsip FH(pribadi)
4.2 Pembahasan
Untuk mendapatkan produksi serat kenaf yang optimal maka beberapa persyaratan yang harus diperhatikan:
1. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan bajak sapi atau traktor sedalam lapisan olah tanah (30–40 cm). Pembalikan tanah secara membujur, melintang, dan diagonal agar tanah menjadi gembur. Setelah tanah dibalik, kemudian dihaluskan menggunakan rotari, untuk menjadikan struktur tanah menjadi remah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah. Peran dari pengolahan tanah juga dapat memotong kapiler tanah, sehingga proses penguapan air dapat dikurangi (Soepardi, 1983).
2. Waktu tanam
Kenaf sebagai tanaman yang sangat dipengaruhi oleh fotoperiodisitas, atau panjang hari, sehingga waktu tanam berpengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman. Lama penyinaran matahari di daerah tropis, khususnya Indonesia sekitar 11,30 sampai 12,30 jam.
Pada lama penyinaran matahari yang kurang dari 11,30 jam disebut sebagai hari pendek dan sebaliknya panjang penyinaran yang lebih dari 11,30 jam disebut sebagai hari panjang. Pergerakan matahari mulai dari garis equator menuju ke 23,50o lintang utara dan kembali ke equator lagi, menuju ke 23,50o lintang selatan, selanjutnya bergerak menuju equator lagi. Siklusnya bulan September berada di equator, bulan Maret berada di equator, bulan Juli berada di 23,50o LU dan bulan Desember berada di 23,50o LS. Posisi Pulau Jawa berada di selatan equator maka pada bulan September, pergerakan matahari memasuki hari panjang. Dengan demikian waktu tanam yang optimal bagi kenaf di daerah Jawa jatuh pada bulan September–Oktober.
3. Jarak tanam
Populasi tanaman kenaf per hektar sebanyak 250.000–330.000. Jarak tanam mulai dari 20 cm x 20 cm; 15 cm x 20 cm; 10 cm x 30 cm. Penanaman secara ditugal, kemudian lubang tanam ditutup dengan abu atau pasir. Jarak tanam tergantung dari tingkat kesuburan tanah, bilamana tanahnya subur maka jarak tanam dapat diperjarang, tetapi jika tanahnya kurang subur maka jarak tanam dirapatkan.
4. Pengairan
Pemberian air dilakukan setelah tanam dengan mengambil air tanah yang mempergunakan pompa diesel berkekuatan 6–8 PK atau memanfaatkan air sungai terdekat. Pengairan selama pertumbuhan kenaf membutuhkan sebanyak 6–8 kali.
5. Pemupukan
Pupuk anorganik yang umum digunakan nitrogen adalah bersumber dari urea. Dosis yang digunakan sekitar 40–120 kg N/ha atau setara dengan 100–300 kg urea/ha. Pupuk diberikan secara alur di antara dua baris tanaman selang satu baris. Tahap pemberian pupuk nitrogen 2 kali yaitu 1/3 dosis N pada 10 hari setelah tanam dan sisanya 2/3 dosis pada 30 hari setelah tanam.
6. Penyiangan gulma
Pada saat tanaman kenaf berumur 30 hari, sering dijumpai gulma berupa rumput atau alang-alang. Pertumbuhan kenaf akan terganggu, manakala gulma tersebut tidak dikendalikan.
Oleh karena itu pengendalian dilaksanakan penyiangan secara manual (dengan tenaga manusia) agar tanaman kenaf terbebas dari gulma. Penyiangan hanya dilakukan sekali saja, setelah itu tanaman pengganggu tidak dapat tumbuh karena ternaungi tanaman kenaf.
7. Pengendalian hama dan penyakit
Hama yang acapkali muncul pada pertanaman kenaf adalah serangga pengisap daun dan ulat pemakan daun. Pengendalian kedua hama tersebut cukup disemprot dengan monokrotofos 0,3–0,6 g/l (2–4 ml Gusadrin 15 WSC/l air) dan deltametrin 0,05–0,1 g/l (2,4 ml Decis 2,5 EC/l air). Sedang penyakit layu Fusarium dan penyakit Phoma (busuk daun) dikendalikan dengan karbendazim 0,19 g/l dan mankonzeb 2,21 g/l (3 g Delsene 200/l air).
BAB 5.PENUTUP
Kesimpulan
Dari praktikum yang sudah dilaksanakan dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa kegiatn pemeliharaan merupakan kegitan terpanting setelah pemupukan. Kegiatan pemeliharaan meliputi : pengendalian gulma, pengairan dan pengendalian hama penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
http://febryonline.wordpress.com/2010/02/28/kenaf-tanaman-rawa-berserat-istimewa/
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/menggulung-laba-dari-budidaya-tanaman-kenaf-1
http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byGroup/institution/Balai% 20Penelitian%20Tembakau%20dan%20Tanaman%20Serat
http://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/index.phpoption=com_content&view=category&id=61&Itemid=112
Santoso, B., Sudjindro, A. Sastrosupadi, Djumali, dan Lestari. 2004. Pengaruh pemupukan terhadap beberapa galur dan varietas kenaf di lahan PMK Kaltim. Prosiding Simposium IV Hasil Penelitian Tanaman Perkebunan. Bogor. Hal. 175–181.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar