BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman, artinya benih memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih yang diproduksi dan tersedia harus bermutu tinggi agar mampu menghasilkan tanaman yang mampu berproduksi maksimal.
Mutu benih mencakup tiga aspek yaitu :
- Mutu genetik, yaitu aspek mutu benih yang ditentukan berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas yang dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi juga fenotipe tanaman
- Mutu fisiologi, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh viabilitas benih meliputi daya berkecambah/daya tumbuh dan vigor benih
- Mutu fisik, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih lain atau gulma, dan kadar air
- Pada praktikum kali ini akan menguji mutu benih dari salah satu aspek, yaitu aspek fisiologi. Aspek fisiologi ditunjukan oleh viabilitas benih yang meliputi daya berkecambah dan vigor benih. Viabilitas benih merupakan daya benih yang dapat ditunjukan oleh metabolismenya atau pertumbuhannya. Viabilitas benih tidak sekedar gejala hidup yang dapat diamati tetapi daya hidup itu harus dapat dijadikan indikasi mutu benih, khususnya fisiologi benih.
Secara umum pengujian viabilitas benih mencakup pengujian daya berkecambah atau daya tumbuh dan pengujian vigor benih. Perbedaan antara daya berkecambah dengan vigor benih adalah bila informasi daya berkecambah ditentukan oleh kecambah yang tumbuh normal pada lingkungan yang optimum, sedangkan vigor ditentukan oleh kecambah yang tumbuh normal pada lingkungan yang suboptimum atau bibit yang tumbuh di lapang.
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian daya berkecambah benih jagung dan kedelai. Penentuan daya berkecambah merupakan salah satu cara untuk mengetahui mutu fisiologi suatu benih. Dengan mengetahui daya kecambah suatu benih maka kita akan bisa memperkirakan jumlah benih yang akan tumbuh nantinya. Uji daya berkecambah benih dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas dan berbagai metode, seperti UDK (uji di atas kertas). UAK (uji antar kertas) dan UKD (uji kertas digulung). Pada praktikum kali ini menggunakan metode UKD (uji kertas digulung).
1.2 Tujuan
Acara praktikum ini bertujuan agar :
a. Praktikan dapat melakukan uji daya berkecambah
b. Praktikan dapat mengidentifikasi kecambah normal dan tidak normal.
c. Praktikan dapat menghitung nilai presentase daya berkecambah benih.
BAB 2. METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum dilakukan di laboratorium teknologi benih pada tanggal 28 April samai 12 Mei 2016.
3.2 Alat Dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah benih jagung, kedelai,padi, cabai, pasir, air dan kertas pengecambah.
Alat yang dipakai dalam praktikum meliputi germinator, pinset, bak plastik dan alat tulis, bak persemaian dan petridish.
3.3 Metode
Alur kerja praktikum uji viabilitas benih adalah sebagai berikut :
3.3.1 Metode UKDP (Uji Kertas Digulung Plastik)
- Praktikan atau kelompok praktikan menyiapkan benih jagung, padi, cabai dan kedelai, masing-masing sebanyak 25 butir.
- Praktikan atau kelompok praktikan menyiapkan media perkecambahan berupa kertas merang sebanyak tiga lembar untuk setiap pengujian, selanjutnya kertas merang dibasahi dengan air.
- Benih sebanyak 25 butir ditempatkan di atas kertas merang secara zig zag rangkap tiga yang sudah dibasahi air.
- Benih yang sudah ditata di atas kertas kemudian ditutup dua lembar kertas merang yang sudah dibasahi dengan air. Selanjutnya kertas benih yang telah digulung diberi label dan ditaruh di dalam germinator dalam posisi berdiri.
- Media perkecambahan dijaga kelembabannya, bila perlu media disemprot air secukupnya ketika media kering.
- Praktikan mengamati dan menghitung jumlah benih yang berkecambah normal, kecambah abnormal, benih busuk, benih tidak tumbuh pada first dan finish yaitu:
3.3.2 Metode UDK (Uji Diatas Kertas)
- Praktikan atau kelompok praktikan menyiapkan benih jagung, padi, cabai dan kedelai, masing-masing sebanyak 25 butir.
- Praktikan atau kelompok praktikan menyiapkan media perkecambahan berupa kertas merang yang dibentuk lingkaran sesuai ukuran petridish sebanyak tiga lembar untuk setiap pengujian, selanjutnya kertas merang dibasahi dengan air.
- Benih sebanyak 25 butir ditempatkan di atas kertas merang secara zig zag rangkap tiga yang sudah dibasahi air dan dimasukkan kedalam petridish.
- Benih yang sudah ditata di atas kertas kemudian ditutup dengan tutup petridish.
- Media perkecambahan dijaga kelembabannya, bila perlu media disemprot air secukupnya ketika media kering.
3.3.3 3.3.3 Metode Kipas
- Praktikan atau kelompok praktikan menyiapkan benih jagung, padi, cabai dan kedelai, masing-masing sebanyak 25 butir.
- Praktikan atau kelompok praktikan menyiapkan media perkecambahan berupa kertas merang yang dibentuk seperti kipas kertas sesuai ukuran bak sebanyak dua lembar untuk setiap pengujian, selanjutnya kertas merang dibasahi dengan air.
- Benih sebanyak 25 butir ditempatkan di atas kertas merang basah yang berbentuk kipas secara berurutan. Setiap ruang kipas 5 benih dibasahi air dan dimasukkan tutup dengan penutup bak plastik.
- Media perkecambahan dijaga kelembabannya, bila perlu media disemprot air secukupnya ketika media kering.
3.3.4 3.3.4 Metode di Dalam Pasir
- Praktikan atau kelompok praktikan menyiapkan benih jagung, padi, cabai dan kedelai, masing-masing sebanyak 25 butir.
- Praktikan atau kelompok praktikan menyiapkan media perkecambahan berupa pasir sesuai ukuran bak (1/2 bak) sebanyak dua bak kapasitas lapang.
- Benih sebanyak 25 butir ditempatkan di dalam pasir ditata dengan rapi
- Media perkecambahan dijaga kelembabannya, bila perlu media disemprot air secukupnya ketika media kering.
3.3.5 3.3.5 Metode Di Luar Pasir
- Praktikan atau kelompok praktikan menyiapkan benih jagung, padi, cabai dan kedelai, masing-masing sebanyak 25 butir.
- Praktikan atau kelompok praktikan menyiapkan media perkecambahan berupa pasir sesuai ukuran bak (1/2 bak) sebanyak dua bak kapasitas lapang dan diratakan permukaannya.
- Benih sebanyak 25 butir ditempatkan di atas permukaan pasir ditata dengan rapi
- Media perkecambahan dijaga kelembabannya, bila perlu media disemprot air secukupnya ketika media kering.
- Mengamati pertumbuhan benih sesuai First dan Finishnya, sesuai pada tabel 3.1
Tabel 3.1 First Dan Finish pengamatan Pertumbuhan Kecambah
Jenis Benih |
First |
Finish |
Kedelai |
Hari ke-5 |
Hari ke-8 |
Padi |
Hari ke-5 |
Hari ke-14 |
Jagung |
Hari ke-4 |
Hari ke-7 |
Cabe |
Hari ke-7 |
Hari ke-14 |
Keterangan: data hasil uji lab TPB
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 Pengamatan UKDP
UKDP KEDELAI UKDP PADI
UKDP CABAI
4.1.2 Pengamatan di Atas Kertas
KEDELAI JAGUNG
CABAI PADI
4.1.3 Pengamatan Kipas
JAGUNG (dok pribadi)
4.1.4 Pengamatan di Dalam dan di Atas Permukaan Pasir
Keterangan: gambar dok. pribadi
4.1.5 Hasil Parameter Pengamatan
Pengamatan UKDP |
||||
Nama Benih |
Kecambah Normal |
Abnormal |
Mati |
|
First |
Finish |
|||
Kedelai |
5 |
0 |
9 |
16 |
Padi |
17 |
2 |
1 |
5 |
Jagung |
5 |
10 |
0 |
10 |
Cabe |
21 |
21 (tetap) |
0 |
4 |
Pengamatan di Atas Kertas (Petridish) |
||||
Nama Benih |
Kecambah Normal |
Abnormal |
Mati |
|
First |
Finish |
|||
Kedelai |
0 |
0 |
25 |
0 |
Padi |
10 |
2 |
13 |
0 |
Jagung |
0 |
0 |
25 |
0 |
Cabe |
7 |
0 |
25 |
0 |
Pengamatan Kipas |
||||
Nama Benih |
Kecambah Normal |
Abnormal |
Mati |
|
First |
Finish |
|||
Kedelai |
0 |
6 |
19 |
0 |
Padi |
8 |
4 |
3 |
10 |
Jagung |
2 |
11 |
2 |
10 |
Cabe |
10 |
2 |
8 |
5 |
Pengamatan di Dalam Pasir |
||||
Nama Benih |
Kecambah Normal |
Abnormal |
Mati |
|
First |
Finish |
|||
Kedelai |
5 |
2 |
2 |
0 |
Padi |
17 |
1 |
1 |
10 |
Jagung |
17 |
2 |
2 |
12 |
Cabe |
22 |
22 (tetap) |
1 |
9 |
Pengamatan di Atas Pasir |
||||
Nama Benih |
Kecambah Normal |
Abnormal |
Mati |
|
First |
Finish |
|||
Kedelai |
5 |
8 |
1 |
11 |
Padi |
16 |
16 (tetap) |
3 |
6 |
Jagung |
13 |
7 |
1 |
4 |
Cabe |
6 |
1 |
4 |
14 |
4.2 Pembahasan
Kriteria untuk kecambah normal diantaranya adalah:
- Kecambah dengan pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik
- Kecambah dangan cacat ringan pada akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun primer, dan koleoptil
- Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna.
Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal :
- Kecambah rusak: Kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah atau tidak tumbuh.
- Kecambah cacat atau tidak seimbang: Kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.
- Kecambah lambat: Kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil.
Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi:
a. Benih segar tidak tumbuh: Benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun tidak ada pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh normal.
b. Benih keras: Benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang impermeabel terhadap gas dan air.
c. Benih mati: Benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar, dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk, warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer yang menyerang benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilepangan tanaman yang menajdi induk talah terserang hama dan penyakit sehingga pada benih tersebut berpotensi membawa penyakit dari induknya.
DAFTAR PUSTAKA
Ching, Mary, Boulger and Konstrad. 1977. Correlation of Field Emergeny Rate and Vigor Criteria in Barley ultivars, Crop sci.17, 312-314Kartasapoetra. 2003. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Jakarta : Rineka Cipta.
Kartasapoetra. 1989. Teknologi Benih. Bina Aksara. Jakarta.
Lita Satopo. 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Tatipata, Yudono, Purwantoro dan Mangoendidjojo. 2004. Kajian Aspek Fisiologi dan Biokimia Deteriorasi Benih Kedelai Dalam Penyimpanan (Study on Physiology and Biochemistry Aspects of Soybean Seed Deterioration in Storage). Ilmu Pertanian11 (2), Hal. 76-87.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar