Selasa, 06 Oktober 2020

KADAR AIR BENIH-UJI METODE DASAR DAN UJI METODE PRAKTEK (Moisture Tester) PADA JAGUNG, KEDELAI DAN PADI

 BAB 1. PENDAHULUAN

Kadar air biji-bijian memiliki kadar lebih rendah dibanding kadar air biji yang berasal dari buah. Penentuan kadar air dalam tubuh dapat dilakukan dengan beberapa metode. Beberapa diantaranya adalah metode oven atau dasar dan metode praktik (moisture tester). Praktikum kali ini, akan melakukan pengujian terhadap benih padi, kedelai dan jagung yang baru dipanen untuk mengetahui besarnya kadar air yang terkandung.

Kadar air merupakan komponen penting yang harus dipertimbangkan ketika pemanenan benih dan penyimpanan benih, dengan kadar air yang tepat akan mempertahankan kualitas benih selama proses penyimpanan. Pada dasarnya tipe benih dibedakan menjadi dua yakni benih rekalsitran dimana struktur benih banyak mengandung air sehingga dalam proses penyimpanannya membutuhkan kadar air yang relatif tinggi. Jenis benih lain berdasarkan kadar air yang dibutuhkan adalah benih ortodoks, contoh benihnya antara lain padi, jagung, kedelai, kacang hijau dan lain – lain, kadar air yang dikehendaki benih ortodoks berkisar 12% - 15%. 

Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam benih. Tinggi rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap vialibitas benih. Oleh karena itu pengujian terhadap kadar air benih perlu dilakukan agar benih memiliki kadar air terstandar berdasarkan kebutuhannya (Sutopo, 2006).

Solusi untuk mengatasi masalah perubahan kadar air benih adalah melakukan pnyimpanan di ruangan dengan persentase RH tertentu, agar kadar airnya tetap stabil. Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. Setiap biji memiliki karakteristik berbeda-beda dalam upaya untuk mempertahankan kualitasnya (Sutopo, 2002).

Menurut Sutopo (2002) menyatakan ada dua metode dalam pengujian kadar air yaitu:

1.    Metode praktis: metode ini mudah dilaksanakan tetapi hasilnya kurang teliti sehingga sering perlu dikalibrasikan terlebih dahulu. Yang termasuk metode ini adalah: metode calcium carbide, metode Eletric moinsture meter, dan lain-lain.

2.     Metode dasar: di sini kadar air ditentukan dengan mengukur kehilangan berat yang diakibatkan oleh pengeringan/ pemanasan dengan kondisi tertentu, dan dinyatakan sebagai persentase dari berat mula-mula. Yang termasuk  dalam metode dasar adalah: Metode Oven, Metode Destilasi, Metode Karl Fisher dan lain-lain.

Hasil penelitian Purwanti (2004) menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara warna kulit benih dengan suhu ruang simpan. Benih kedelai hitam yang disimpan dalam kaleng dan kantong plastik pada suhu rendah maupun suhu tinggi selama enam bulan masih mampu mempertahankan daya tumbuh (>90%), vigor dan pertumbuhan bibit yang tinggi dibandingkan dengan kedelai kuning. Benih kedelai kuning yang disimpan enam bulan dalam kaleng maupun kantong plastik pada suhu rendah masih mempunyai daya tumbuh tinggi (> 80 %), pada suhu tinggi daya tumbuh benih mulai mengalami penurunan pada bulan kedua sampai akhir penyimpanan menjadi 41% dan pertumbuhan bibit rendah.

 

BAB 2. TUJUAN

Praktikum Uji Kadar Air Benih bertujuan:

1.        Mengetahui kadar air benih dengan metode dasar.

2.        Mengetahui kadar air benih dengan metode praktek.

 

BAB 3. METODOLOGI

3.1  Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara Uji Kadar Air dilaksanakan pada hari kamis 20 April 2016 pukul 16.00-18.00 di Laboratorium Teknologi Benih Politeknik Negeri Jember.

 

3.2 Alat dan Bahan

No

Alat dan Bahan

Spesifikasi

Keb/kel

Sat

Jumlah

1

Oven

 

 

Unt

1

2

Timbangan

Analitik Balance

1

Bh

4

3

Plastik

Lebar 1,2 m, Trasparan

1

M

4

4

Bak Plastik

Besar

4

Bh

16

5

Kertas Label

Ukuran 209

1

Lbr

4

6

Kertas

CD

¼

Rim

1

7

Kertas

HVS

¼

Rim

1

8

Kaca Pembesar

Warna Kecil

2

Set

8

9

Pinset

Ujung Lancip

2

Bh

8

10

Benih Jagung

Baik dan Bernas 2 varietas

250

Gr

1000

11

Benih Padi

Baik dan Bernas 2 varietas

500

Gr

2000

12

Benih Kedelai

Baik dan Bernas 2 varietas

500

Gr

2000

 

3.3  Cara Kerja

3.3.1        Metode Dasar (Oven/Tungku)

a)    Mengambil benih yang dibutuhkan kemudian dihaluskan dengan grinder

b)   Mengambil contoh yang akan diuji dan hitung sesuai dengan kebutuhan setiap perlakuan pengujian pembenihan serta diulang 3 kali.

c)    Menimbang cawan porselin+tutup yang telah dipanaskan (W1 gram)

d)   Menimbang contoh benih+ cawan porselin+tutup (W2 gram)

e)    Panaskan dalam oven selama 50 menit dengan temprature 130o Celsius

f)    Setelah pemanasan selesai didinginkan dalam desikator selama 4-5 menit dan kemudian ditimbang (W3 gram)

g)   Menghitung Kadar Air Benih dengan rumus sebagai berikut:

 

Kadar Air =  W2-W3     X 100%

                      W2-W1

Keterangan:

W1: Berat Cawan+Tutup

W2: Berat Cawan+Tutup+Benih (± 5 gram)

W3: Berat Cawan+Tutup+Benih yang telah dioven

3.3.2        Metode Praktek (moinsture Tester)

  1.  Benih yang akan diuji dimasukkan pada tabung benih secara penuh diulang 3 kali pada masing-masing jenis benih, dengan benih yang berbeda (benih yang sudah diuji tidak boleh digunakan lagi untuk uji berikutnya)
  2. Tekan tombol on kemudian melihat daftar jenis benih, misalnya rice (padi) nomor 51 maka tekan tombol 5 dan 1.  
  3. Setelah tertera kata rice pada monitor tekan tombol mea kemudian ada kata pour pada monitor (Perintah untuk menuang benih pada alat), maka tuangkan benih pada alat
  4.  Tunggu beberapa detik maka Kadar Air akan terhitung secara otomatis
  5.  Selanjutnya tekan tombol bias maka hasil nilai bias akan muncul pada monitor.
  6.   Hasil dari kadar air yang terbaca pada alat dikurangi bias akan menghasilkan kadar air benih 

 

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Pengamatan Kadar Air Metode Dasar

No

No Cawan

Lot / Jenis Bahan

Ulangan

M1

M2

M3

% Kadar Air

Rerata

1

105

JAGUNG

1

49,8710

55,0507

54,4339

11,88

12,02%

2

19

JAGUNG

2

50, 5265

55,4284

54,8291

12,22

3

94

JAGUNG

3

54,0107

59,3131

58,6782

11,97

4

58

KEDELAI

1

54,4991

60,5286

59,8268

11,63

11,60%

5

88

KEDELAI

2

54,6754

60,7978

60,0724

11,84

6

99

KEDELAI

3

56,2008

61,2108

60,6436

11,32

7

81

PADI

1

52,3824

57,7140

57,0334

12,76

12,42%

8

2

PADI

2

55,4296

60,1524

59,5537

12,67

9

24

PADI

3

53,2140

57,8401

57,2932

11,82

Data hasil Pengamatan: Pratikum Lab TPB

Tabel 2. Pengamatan Kadar Air Metode Praktek (Moisture Tester)

No

Lot / Jenis Bahan

Ulangan

% Kadar Air Awal

% Bias

% Kadar Air

% Rerata Kadar Air

1

JAGUNG

1

19,9

5,1

14,8

14,83

2

JAGUNG

2

19,9

5,1

14,8

3

JAGUNG

3

20,0

5,1

14,9

4

KEDELAI

1

16,5

4,3

12,2

12,47

5

KEDELAI

2

16,8

4,3

12,5

6

KEDELAI

3

17,0

4,3

12,7

7

PADI

1

9,4

0

9,4

9,47

8

PADI

2

9,5

0

9,5

9

PADI

3

9,5

0

9,5

Data hasil Pengamatan: Pratikum Lab TPB

Tabel 3. Hasil Kadar Air Metode Dasar dan Praktek

No

Jenis Benih

Kadar Air Awal (%)

Metode Dasar

Kadar Air Akhir (%)

Metode Praktek

1

JAGUNG

12,02

14,83

2

KEDELAI

11,60

12,47

3

PADI

12,42

9,47

Keterangan : terdapat perbedaan hasil antara metode dasar dan metode praktek

 4.2 Hasil

Kelebihan dari metode pengukuran secara dasar yaitu dengan menggunakan oven yakni kevalidannya lebih tinggi dari pada metode praktis yang tingkat ketelitiannya cukup tinggi. Pada prinsipnya mekanisme penggunaan oven untuk pengukuran kadar air dapat diperoleh dengan mengurangi bobot awal yang memiliki luas permukaan yang lebih besar setelah di grinder (dihaluskan) benih sebelum dioven terhadap bobot benih sesudah dioven, nilai itulah yang merupakan kadar air benih. Selain itu keunggulan lainnya adalah metode oven dapat digunakan untuk menguji kadar air semua jenis benih dan pengujian dengan beberapa ulangan dengan jenis benih yang sama hasilnya relatif sama atau seragam. Keseragaman hasil pengujian sangat penting supaya hasil pengujian atau penelitian dapat digunakan untuk menentukan regulasi atau kebijakan tertentu berkaitan pengelolaan benih berdasarkan kadar air yang telah diuji. Beberapa keunggulan tersebut mendorong ISTA (International Seed Testing Association) sebagai induk penelitian benih merekomendasikan penggunaan oven untuk pengujian kadar air benih.

Kelemahan dari pengukuran kadar air dengan metode oven yakni membutuhkan beberapa langkah untuk dapat memperoleh kadar air sehingga waktu yang dibutuhka lebih lama. Selain itu jika kadar air benih terlalu tinggi > 17% harus dilakukan pengeringan pendahuluan supaya kadar air dapat diturunkan. Ketentuan 17% tidak berlaku secara umum melainkan berlaku untuk jenis benih tertentu saja, terutama benih ortodoks. Hasil pengukuran kadar air benih rawan terjadi penyimpangan jika tidak dilakukan pengeringan dengan waktu yant tepat, misalnya jika terlalu lama proses pengeringan berlangsung kadar air benih akan sangat rendah yang berakibat terjadinya kerusakan pada benih. Sebaliknya jika waktu pengeringan kurang lama kadar air benih terlalu tinggi sehingga membutuhkan pengeringan lebih lanjut. Kekurangan lain dari metode oven yakni banyak membutuhkan peralatan yang dibutuhkan, harus sering menimbang bahan yang diuji, serta pengujiannya membutuhkan waktu yang lebih lama. 

Sedangkan keunggulan dari metode praktek dengan mengunakan moisture tester yakni hasil dapat diperoleh secara cepat setelah benih dilakukan pengujian. Pengukuran kadar air hanya dilakukan satu tahap saja, tidak perlu mengulang seperti pada pengukuran secara langsung dengan oven. Sedangkan kelemahannnya adalah hasil pengukuran kadar air jenis benih tertentu hasilnya tidak sama (tidak seragam), dan moisture tester tidak bisa digunakan untuk digunakan dalam pengukuran kadar air untuk semua jenis benih. Selain itu pada moisture tester perlu dilakukan kalibrasi setiap kali pengukuran, setiap benih harus dilakukan kalibrasi yang berbeda karena mempunyai kode tertentu yang berbeda. Moisture tester cenderung kurang teliti jika digunakan untuk mengukur kadar air yang terlalu rendah. Perlu diketahui bahwa moisture tester bekerja berdasarkan pengukuran daya hantar listrik (DHL) benih, sehingga kemampuan pengukurannya berbeda – beda pada kadar air benih yang berbeda. 

Kadar air benih adalah menyangkut air yang terikat secara fisik dan dinyatakan pada material basah atau kering. Cara penentuan kadar air benih pada garis besarnya dapat digolongkan atas metode dasar dan metode praktek. Pada metode dasar, benih itu dikeringkan atau dipanaskan pada temperatur tertentu sehingga mencapai berat yang tetap, kehilangan berat sebagai akibat pemanasan atau pengeringan itu selanjutnya ditentukan dan dianggap kadar air benih asal. Pada metode praktek, penentuan kadar air benih berdasarkan atas sifat konduktifitas dan dielektrik benih, yang kedua sifat ini tergantung dari kadar air dan temperatur benih. Pada metode dasar antara lain termasuk metode tungku (oven method).

 


Gambar 1. Grafik kadar air metode dasar dan metode praktek

 

Pada praktikum pengukuran kadar air benih dilakukan pengukuran dengan dua metode yang berbeda yakni metode oven (langsung) dan moisture tester (tidak langsung) pada benih kedelai dan jagung. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa kadar air pada benih jagung jauh lebih tinggi dibanding dengan kedelai baik dengan menggunakan oven maupun moisture tester. Hasil tersebut memperkuat indikasi bahwa penumbukan pada benih jagung ditujukan untuk mempermudah pengukuran kadar air yang terkandung, benih jagung strukturnya lebih keras namun memiliki kadar air yang besar. Indikator lain yang menunjukan bahwa benih jagung memiliki kadar air lebih banyak yakni ketika dikecambahkan pada media substrat kertas merang hasilnya cenderung lebih baik benih jagung dalam segi kecepatan tumbuh dan kecambah. Oleh karena itu pengovenan pada jagung, kedelai dan padi juga dilakukan dengan suhu tinggi yakni 130oC supaya pengovenan dapat berlangsung dengan cepat karena struktur jagung yang keras dan memiliki kadar air lebih banyak dibanding kedelai. 

Berdasarkan data yang ditampilkan pada grafik diatas dapat diketahui bahwa pada benih padi pengukuran kadar air dengan menggunakan metode oven menunjukan presentase yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan moiture tester. Berbeda halnya data yang diperoleh pada benih jagung, sensitifitas moisture teseter pada benih jagung lebih baik dibandingkan jika digunakan untuk mengukur kadar air benih kedelai. Hal tersebut ditunjukan hasil pengukuran kadar air yang diperoleh pada benih jagung dengan menggunakan moisture tester sebagian besar lebih tinggi dibandingkan dengan metode oven. Ulangan 1 – 3 kadar air yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan moisture tester, kadar air jagung tertinggi. Jadi secara keseluruhan pengukuran kadar air dengan metode moisture tester lebih sensitif jika digunakan untuk mengukur kadar air benih jagung. 

 

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum Uji Kadar Air Benih diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

  1. Pengujian kadar air benih dengan metode dasar lebih akurat dibandingkan dengan metode praktek.
  2. Mengetahui kadar air suatu benih dalam proses penyimpanan, agar nantinya benih tidak berkecambah dan lebih tahan lama saat penyimpanan.
  3. Kadar air benih penting untuk diperhatikan karena kadar air benih sangat berkaitan erat dan menentukan terhadap kualitas benih, daya simpan benih, viabilitas benih dan vigor benih.

 

DAFTAR PUSTAKA

Purwanti 2004. Kajian Suhu Ruang terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam dan Kedelai Kuning. Yogyakarta : UGM. Jurnal Ilmu Pertanian. Volume 11 (1) : 22-31 

Sutariati 2002. Peningkatan Perfomansi Benih Cabai (Capsicum annum) dengan Perlakuan Invigorasi Benih. http://rudyct.com. Diakses pada 03 Oktober 2013.

Sutopo L 2002.  Tehnologi benih. Jakarta : Penerbit CV. Rajawali.

Sutopo L 2004. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

 

Tidak ada komentar: